LINGUISTIK

LINGUISTIK DAN BAHASA 


BAB I
PENDAHULUAN
      A.     Latar Belakang
     Pada umumnya, seperti yang kita ketahui bahwa manusia dilahirkan sebagai makhluk social, makhluk berbudaya dan makhluk berbahasa. Oleh karena itu tidak dapat kita pungkiri bahwa dalam hidup dan kehidupan kita, kita mutlak harus berinteraksi dan berhubungan dengan manusia lain.
     Dalam interaksi antar satu manusia dan manusia lain, maka dibutuhkan sesuatu alat komunikasi yang sekarang ini kita kenal dengan nama ‘Bahasa’. Bahasa yang kita pakai untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain pada umumnya sama. Tapi seiring dengan perkembangan ilmu, teknologi dan berakar pada budaya dan kebiasaan masing-masing kelompok manusia, maka terdapat berbagai macam bahasa yang tercipta dan digunakan untuk berkomunikasi antara manusia-manusia yang tergabung dalam satu kelompok masyarakkat tertentu.
     Dari keberagaman bahasa yang digunakan manusia diseluruh dunia, maka dibutuhkan sebuah ilmu ataupun studi yang bisa membandingkan dan menyatukan bahasa dalam sebuah konsep yang dapat dikaji oleh semua orang dalam mempelajari dan mengenal berbagai bahasa lain di dunia.
     Oleh karena itu studi yang mempelajari tentang ilmu bahasa dan kebahasaan (dalam hal ini disebut Linguistik), akan kami bahas untuk memberikan pemahaman kepada kita mengenai hakikat dan seluk beluk bahasa sebagai satu-satunya alat komunikasi terbaik yang dimiliki manusia, serta bagaimana manusia itu menjalankan peranannya dalam kehidupan bermasyarakat.

      B.     Rumusan  Masalah
Berdasarkan hal yang dikaji dari latar belakang, maka masalah yang dapat dikaji melalui pembahasan ini adalah sebagai berikut:
1.      Jelaskan definisi Linguistik secara umum!
2.      Apakah linguistik dapat digolongkan dalam satu disiplin ilmu? Mengapa?
3.      Jelaskan manfaat linguistik secara umum?
4.      Apa itu bahasa? Jelaskan hakikat mengenai bahasa?

      C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui lebih jelas tentang linguistic secara umum;
2.      Untuk mengetahui sisi keilmiahan dari linguistiktuk
3.      Untuk mengetahui manfaat linguistic secara umum; dan
4.      Untuk mengetahui  hakikat bahasa dan kebahasaan.

       D.    Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Untuk menambah wawasan tentang Linguistik
2.      Sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya yang memiliki relevansi dengan penelitian ini
3.      Sebagai bahan acuan bagi peneliti lain yang mengkaji topik yang relevan dengan penelitian ini, dan
4.      Sebagai referensi pembinaan dan pengembangan Jurusan Pendidikan Bahasa Asing/Jerman FBS-UNM ke arah yang lebih baik.


BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengantar Linguistik
Linguistik sebagai dasar dalam mempelajari berbahasa. Dengan mengalami ilmu ini akan diperoleh kemampuan yang  memperkuat keyakinan dsiri dalam berbahasa. Dalam bab ini akan diuraikan tentang apa itu Linguistik dean komponen komponennya yang dikutip dari beberapa sumber. “Linguistik” berarti “Ilmu bahasa”. Kata “Linguistik”  berasal dari bahasa Latin Lingua ”Bahasa”. Dalam bahasa”Roman” (yaitu bahasa-bahasa yang berasal dari bahasa latin). Masih ada kata kata serupa dalam bahasa Italia. Bahasa Inggris memungut dari bahasa Prancis yang kini menjadi Language. Istilah Linguistik dalam bahasa Inggris berkaitan dengan Language itu. Seperti dalam bahasa perancis istilah Linguistique berkaitan dengan Langage. Dalam bahasa Indonesia”Linguistik”.
Linguistik modern berasal dari sarjana Swiss Ferdinan De Saussure yang bukunya Cours de Linguistique Generale ( Mata pelajaran Linguistik Umum) terbit 1916 secara anumerta. Bagi de Saussure Langue berarti satu bahasa (misalnya bahasa Prancis, bahasa Inggris, bahasa Indonesia) sebagai suatu sistem, sebaliknya lagage sebagai sifat khas sebagai sifat khas makhluk manusia, seperti dalam ucapannya, ”Manusia memiliki bahasa, binatang tidak memiliki bahasa”. Dalam  ilmu Linguistik para sarjana sering memakai istilah tersebut (Langue, Langage, dan Parole) sebagai istilah profesional.
Dalam bahasa Indonesia ahli Linguistik disebut “Linguis”, yang dipinjam dari bahasa Inggris Linguist dalam bahasa Inggris dalam kehidupan sehari hari. Linguist adalah seseorang yang pasif dalam berbagai bahasa. Jelaslah orang yang pasif dalam berbagai bahasa tidak mutlak perlu sama dengan orang yang ahli Linguistik. Maka dari itu perlu dibedakan kata Inggris linguist dalam kehidupan sehari hari dengan istilah Linguist “ahli Linguistik”. Meskipun bahasa di dunia ini berbeda beda satu sama lain ada persamaannya juga, kedua hal itu diteliti oleh ahli Linguistik, dan oleh sebab itu sering dikatakan bersifat “umum”.
Dalam berbagai kamus umum, linguistik didefinisikan sebagai ‘ilmu bahasa’ atau ‘studi ilmiah mengenai bahasa’ (Matthews 1997). Dalam The New Oxford Dictionary of English (2003), linguistik didefinisikan sebagai berikut:
The scientific study of language and its structure, including the study of grammar, syntax, and phonetics. Specific branches of linguistics include sociolinguistics, dialectology, psycholinguistics, computational linguistics, comparative linguistics, and structural linguistics.”

2.      Keilmiahan Linguistik dan Linguistik Sebagai Ilmu Pengetahuan yang Spesifik dan Empiris

Sebagaimana kita ketahui ada bermacam macam Ilmu Pengetahuan, dalam bermacam macam Ilmu pengetahuan tersebut bahasa dapat menjadi”Objek” penelitian. Kalau begitu apa yang menjadi Kekhususan ilmu linguistic? Ahli Linguistik berurusan dari bahasa sebagai bahasa, itulah objeknya. Jadi, ahli bahasa tidak berurusan dari bahsa sebagai alat pengungkap afeksi atau emosi, atau bahasa sebagai sifat khas ilmu social, atau bahasa sebagai alat prosedur pengadilan. Hal tersebut masing masing menjadi urusan ahli Psikologi, ahli Hukum, atau ahli Sosiologi, yang menjadi kekhususan Ilmu linguistic adalah bahasa sebagai bahasa. Dalam ilmu empiris peneliti menjauhkan diri dari kekayikan yang berdasarkan fakta. Tidaklah cukup jika ahli linguistic merasa bahwa salah satu bahasa di Irian adalah Primitif. Karena konsep Primitif tidak ada dasar empirisnya. Atau tidaklah cukup jika ahli linguistik merasa yakin bahwa setiap didunia mestinya memiliki ajektiva, karena hal seperti itu hanya dapat didasarkan atas dasar empiris saja.
Dalam banyak hal manusia mendasarkan diri atas keyakinan tertentu dan selayaknya begitu. Akan tetapi dalam ilmu empiris setiap keyakinan hanya didasarkan pada dasar empiris saja.
Pada bagian ini akan dibicarakan keilmiahan linguistik dengan segala persoalan yang berkaitan dengan  label “ilmiah”, untuk bisa memahami cara kerja ilmu ini di dalam operasinya.
a.     Keilmuan Linguistik
Pada dasarnya, setiap ilmu termasuk ilmu linguistik telah mengalami 3 tahap perkembangan sebagai berikut:
1. Tahap Spekulasi
Dalam tahap ini pembicaraan mengenai sesuatu dan cara mengambil kesimpulan dilakukan dengan sikap spekulatif. Artinya, kesimpulan itu dibuat tanpa didukung oleh bukti-bukti empiris dan dilaksanakan tanpa menggunakan prosedur-prosedur tertentu. Misalnya: anggapan bahwa bumi berbentuk datar.
2. Tahap Observasi dan Klasifikasi
Pada tahap ini para ahli di bidang bahasa baru mengumpulkan dan menggolongkan segala fakta bahasa dengan teliti tanpa memberi teori atau kesimpulan apapun. Bahasa-bahasa di nusantara didaftarkan, ditelaah ciri-cirinya, lalu dikelompokkan berdasarkan kesamaan cirri yang dimiliki bahasa-bahasa tersebut. Tahap seperti ini belum dapat dikatakan “ilmiah” sebab belum sampai pada penarikan suatu teori.
3. Tahap Adanya Perumusan Teori
Pada tahap ini setiap disiplin ilmu berusaha memahami masalahmasalah dasar dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai masalah-masalah itu berdasarkan data empiris yang dikumpulkan. Kemudian dirumuskan hipotesis dan menyusun tes untuk menguji hipotesis-hipotesis terhadap fakta-fakta yang ada. Disiplin linguistik sekarang ini sudah bisa dikatakan merupakan kegiatan ilmiah karena sudah mengalami ketiga tahap di atas. Linguistik sangat mementingkan data empiris dalam melaksankan penelitiannya. Bidang semantik kurang mendapat perhatian dalam linguistik, strukturalis karena maknanya tidak dapat diamati secara empiris. Kegiatan linguistic juga tidak boleh “dikotori” oleh pengakuan/pengetahuan si peneliti. Kegiatan empiris biasanya bekerja secara induktif dan deduktif dengan beruntun. Artinya kegiatan itu dimulai dengan mengumpulkan data empiris, menganalisis dan mengklasifikasinya. Lalu ditarik suatu kesimpulan. Dalam ilmu logika/ilmu menalar, selain adanya penalaran secara induktif ada juga penalaran secara deduktif. Secara induktif, mula-mula dikumpulkan datadata khusus lalu ditarik kesimpulan umum. Secara deduktif adalah sebaliknya. Sebagai ilmu empiris linguistik berusaha mencari keteraturan atau kaidah-kaidah yang hakiki dai bahasa yang ditelitinya. Karena itu, linguistic sering juga disebut sebagai ilmu nomotetik. Pendekatan bahasa sebagai bahasa sejalan dengan ciri-ciri hakiki bahasa yang dapat dijabarkan dalam sejumlah konsep sebagai berikut: Pertama, karena bahasa adalah bunyi ujaran, maka linguistik melihat bahasa sebagai bunyi. Bagi linguistik bahasa lisan adalah yang primer. Sedangkan bahasa tulis hanya sekunder. Kedua, karena bahasa itu bersifat unik, maka linguistik tidak berusaha menggunakan kerangka suatu bahasa untuk dikenakan pada bahasa lain. Ketiga, karena bahasa adalah suatu sistem, maka linguistik mendekati bahasa bukan sebagai kumpulan unsur yang satu dengan lainnya mempunyai jaring-jaring hubungan. Keempat, karena bahasa itu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perkembangan sosial budaya masyarakat pemakaiannya, maka linguistik memperlakukan bahasa sebagai suatu yang dinamis. Karena itu pula linguistik dapat mempelajari bahasa secara sinkronik (kurun waktu terbatas) dan secara diakronik (sepanjang kehidupan bahasa itu). Kelima, karena sifat empirisnya, maka linguistik mendekati bahasa dalam linguistik adalah apa yang sebenarnya diungkapkan oleh seseorang (sebagai data empiris) dan bukan apa yang menurut si peneliti seharusnya diungkapkan.

1.      Subdisiplin Linguistik
Subdisiplin linguistik, meliputi:
a. Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu dapat dibedakan adanya linguistik umum dan linguistik khusus. Linguistik umum adalah linguistik yang berusaha mengkaji kaidahkaidah bahasa secara umum. Kajian umum dan khusus dapat dilakukan terhadap keseluruhan sistem bahasa/juga hanya pada satu bahasan dari sistem bahasa itu. Oleh karena itu, mungkin ada studi mengenai fonologi umum/khusus, morfologi umum/khusus ada sintaksis umum/khusus.
b. Berdasarkan obyek kajiannya, apakah bahasa pada masa tertentu bahasa pada sepanjang masa dapat dibedakan adanya linguistik sinkronik dan diakronik. Linguistik sinkronik mengkaji bahasa pada masa yang terbatas. Studi linguistik sinkronik biasa disebut juga linguistik deskriptif karena berupaya mendeskripsikan sesuatu. Linguistik diakronik berupaya mengkaji bahasa pada masa yang tidak terbatas. Kajian ini biasanya bersifat historis dan komparatif.
c. Berdasarkan obyek kajiannya, apakah struktur internal bahasa itu dalam hubungannya dengan faktor-faktor di luar bahasa dibedakan adanya linguistik mikro dan linguistik makro. (dalam kepustakaan lain disebut mikrolinguistik dan makrolinguistik). Linguistik mikro mengarahkan kajiannya pada struktur internal suatu bahasa tertentu/struktur internal bahasa pada umumnya.
 Subdisiplin mikrolinguistik meliputi:
Fonologi.  Menyelidiki ciri-ciri bunyi bahasa. Cara terjadinya dan fungsinya.
Morfologi. Menyelidiki struktur kata, bagian-bagiannya dan cara pembentukannya.
Sintaksis. Menyelidiki satuan-satuan kata dan satuan-satuan lain di atas kata, hubungan satu dengan lainnya dan cara penyesuaiannya.
Semantik. Menyelidiki makna bahasa baik yang bersifat leksikal, gramatikal ataupun kontekstual.
Leksikologi. Menyelidiki leksikon/kosakata suatu bahasa dari berbagai aspek. Sedangkan subsdisiplin makrolinguistik meliputi:
Sosiolinguistik. Mempelajari bahasa dalam hubungan pemakaiannya di masyarakat.
Antropolinguistik. Mempelajari hubungan bahasa dengan budaya dan pranata budaya manusia.
 Stilistika.  Mempelajari bahasa yang digunakan dalam bentuk karya sastra.
Filologi. Mempelajari bahasa, kebudayaan, pranata dan sejarah suatu bahasa sebagaimana terdapat dalam bahan-bahan tertulis.
Filsafat bahasa. Mempelajari kodrat hakiki dan kedudukan bahasa sebagai kegiatan manusia, serta dasar-dasar konseptual dan teori linguistik.
Dialektologi. Mempelajari batas-batas dialek dan bahasa dalam suatu wilayah tertentu.  
Berdasarkan tujuannya, apakah penyelidikan linguistik itu semata-mata untuk merumuskan teori ataukah untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari bisa dibedakan adanya linguistik teoritis dan linguistik terapan. Linguistik teoritis berusaha mengadakan penyelidikan terhadap bahasa/bahasa-bahasa, atau juga terhadap hubungan bahasa dengan factor yang berada di luar bahasa hanya untuk menemukan kaidah-kaidah yang berlaku dalam objek kajiannya itu.
 Berdasarkan aliran atau teori yang digunakan dalam penyelidikan bahasa dikenal adanya linguistik tradisional, linguistik struktural, linguistic transformasional, linguistik generatif semantik, linguistik relasional dan linguistik sistemik. Luasnya cabang linguistik, maka tidak ada yang menguasai semua cabang linguistik. Namun pada dasarnya ilmu linguistik hanyalah yang berkenaan dengan struktur internal bahasa/cabang-cabang yang termasuk linguistik mikro.

2.       Struktur, Sistem dan Distribusi
Struktur adalah susunan bagian-bagian kalimat/konstituen kalimat secara linear. Sedangkan hubungan antara bagian-bagian kalimat tertentu dengan kalimat lainnya disebut sistem. Jadi, fakta adanya bentuk kata kerja aktif dalam suatu bahasa menyangkut masalah sistem dalam bahasa tersebut. Fakta bahwa obyek selalu terletak di belakang predikat dalam bahasa Indonesia adalah struktur dalam bahasa Indonesia. Sistem pada dasarnya menyangkut masalah distribusi. Distribusi menurut Leonard Bloomfield (tokoh linguis Amerika dengan bukunya Language, terbit 1933), adalah menyangkut masalah dapat tidaknya penggantian suatu konstituen tertentu dalam kalimat tertentu dengan konstituen lainnya.

3.      Analisis Bawahan Langsung
Analisis bawahan langsung/analisis unsur langsung/analisis bawahan terdekat adalah suatu teknik dalam menganalisis unsur-unsur konstituenkonstituen yang membangun suatu satuan bahasa, contoh satuan kata, satuan frase, satuan klausa/satuan kalimat. teknik analisis bawahan langsung berguna untuk menghindari keambiguan suatu kalimat.
Analisis Rangkaian Unsur dan Analisis Proses Unsur Analisis rangkaian unsur mengjarkan bahwa setiap satuan bahasa dibentuk/ditata dari unsur-unsur lain. Dalam analisis rangkaian unsur ini setiap satuan bahasa “terdiri dari . . . .” bukan “dibentuk dari . . . .” sebagai hasil dari suatu proses pembentukan. Analisis proses unsur menganggap setiap satuan bahasa adalah merupakan hasil dari suatu proses pembentukan. Jadi bentuk tertimbun adalah hasil dari proses prefiksasi ter- dengan dasar timbun.
3.      Manfaat Linguistik
Kita tidak dapat memahami karya sastra dengan baik tanpa mempunyai pengetahuan dan hakikat dan struktur bahasa dengan baik. bagi guru, terutama bahasa, pengetahuan linguistik sangat penting. Bagi guru bidang studi juga penting karena dia harus menjelaskan mata pelajaran bidang studinya dengan bahasa. Bagi penejemah, pengetahuan linguistik mutlak diperlukan bukan hanya yang berkenaan dengan morfologi, sintaksis dan semantik saja, tetapi juga yang berkenaan dengan sosiolinguistik dan kontrastif linguistik. Bagi penyusun kamus/leksiko grafer menguasai semua aspek linguistic mutlak diperlukan, sebab semua pengetahuan linguistik akan member manfaat dalam menyelesaikan tugasnya dengan menentukan fonem-fonem bahasa yang akan dikamuskan, dsb. Pengetahuan linguistik juga member manfaat bagi penyusun buku pelajaran/buku teks. Sebagai negarawan/ pemerintahan, secara lisan dia harus menguasai bahasa dengan baik. Linguistik termasuk juga psikolinguistik dan sosiolinguistik-membekal iguru tentang teori teori seputar hakikat bahasa, proses berbahasa, pemerolehan bahasa, penggunaan bahasa secar aktual dalam komunikasi sehari-hari dan lain-lain yang     bisa dijadikan asumsi dasar  atau panduan dalam menentukan pendekatan, metode dan teknik pembelajaran bahasa termasuk didalamnya adalah pengorganisasian materi.
Linguistik membekali guru dengan kemampuan untuk menganalisis aspek-aspek bahasa(fonologi, morfologi, sintaksis, semantik) yang berguna dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan hambatan yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran bahasa.
Pada dasarya metodologi pengajaran bahasa adalah cabang linguistic terapan yang  menitik beratkan perhatiannya pada kemungkinan teori-teori linguistic dipakai, dimanfaatkan atau dipraktekkan dalam proses pembelajarn bahasa. Dalam bahasa JosDaniel Parera, ada istilah yang disebut“linguistic edukasional” yang diartikan sebagai suatu cabang linguistic terapan yang khusus menganalisis,  menerangkan dan menjelaskan tentang praktek pelaksanaan pengajaran bahasa yang berlandaskan teori-teori kebahasaan.
Idealnya, seorang guru bahasa (asing) adalah juga seorang linguis atau praktisi/penerap linguistic yang menguasai dengan baik bahasa siswa maupun bahasa asing yang diajarkannya dalam semua aspeknya.

4.      Hakikat Bahasa
Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.
Lain halnya menurut Owen dalam Stiawan (2006:1), menjelaskan definisi bahasa yaitu language can be defined as a socially shared combinations of those symbols and rule governed combinations of those symbols (bahasa dapat didefenisikan sebagai kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan konsep melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan).
Pendapat di atas mirip dengan apa yang diungkapkan oleh Tarigan (1989:4), beliau memberikan dua definisi bahasa. Pertama, bahasa adalah suatu sistem yang sistematis, barang kali juga untuk sistem generatif. Kedua, bahasa adalah seperangkat lambang-lambang mana suka atau simbol-simbol arbitrer.
Menurut Santoso (1990:1), bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Definisi lain, Bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu keadaan (lenguage may be form and not matter) atau sesuatu sistem lambang bunyi yang arbitrer, atau juga suatu sistem dari sekian banyak sistem-sistem, suatu sistem dari suatu tatanan atau suatu tatanan dalam sistem-sistem. Pengertian tersebut dikemukakan oleh Mackey (1986:12).
Menurut Wibowo (2001:3), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
Hampir senada dengan pendapat Wibowo, Walija (1996:4), mengungkapkan definisi bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat kepada orang lain.
Pendapat lainnya tentang definisi bahasa diungkapkan oleh Syamsuddin (1986:2), beliau memberi dua pengertian bahasa. Pertama, bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan.
Sementara Pengabean (1981:5), berpendapat bahwa bahasa adalah suatu sistem yang mengutarakan dan melaporkan apa yang terjadi pada sistem saraf.
Pendapat terakhir dari makalah singkat tentang bahasa ini diutarakan oleh Soejono (1983:01), bahasa adalah suatu sarana perhubungan rohani yang amat penting dalam hidup bersama.
Perkembangan ilmu linguistic yang begitu cepat membawa perubahan-perubahan mendasar yang berkenaan dengan pengajaran bahasa. Ini berarti linguistic sangat berperan dalam memberikan arahan tentang berbagai metode pengajaran bahasa Berdasarkan definisi bahasa dari Kridalaksana dan dari beberapa pakar lain maka dapat disebutkan ciri-ciri atau sifat yang hakiki dari suatu bahasa, ciri dan sifat itu antara lain sebagai berikut:
1.      Bahasa itu adalah sebuah system
Yaitu bahasa itu tersusun menurut suatu pola/aturan serta terdiri dari sub-sub sistem atau sistem bawahan.
2.      Bahawa berwujud lambang
Yaitu bahasa itu dilambangkan atau disampaikan dalam bentuk bunyi bahasa bukan dalam wujud yang lain yaitu berupa bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
3.      Bahasa berupa bunyi
Yang dimaksud disini adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang di dalam fonetik diamati sebagai “fon” dan di dalam fonemik sebagai “fonem”
4.      Bahasa itu bersifat arbitrer
Yaitu tidak ada hubungan wajib antara lambang bahasa yang berwujud bunyi itu dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut
5.      Bahasa itu bermakna
Ditinjau dari fungsinya yaitu menyampaikan pesan, konsep, ide atau pemikiran. Jadi bentuk-bentuk bunyi yang tidak bermakna yang disampaikan dalam bahasa apapun tidak bisa disebut sebagai bahasa.
6.      Bahasa itu bersifat unik
Setiap bahasa di dunia itu mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh bahasa lain.
7.      Bahasa itu bersifat produktif
Unsur-unsur yang terkandung di dalam bahasa itu dapat dikembangkan menjadi satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas sesuai dengan sistem yang berlaku di dalam bahasa tersebut.
8.      Bahasa itu bersifat universal
Pada suatu bahasa yang ada di dunia ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa dan tentunya ciri-ciri itu adalah unsur bahasa yang paling umum.
9.      Bahasa itu variasi
Bahasa di dunia ini beragam dan bermacam-macam.
10.  Bahasa itu bersifat dinamis
Karena bahasa itu selalu berkaitan dengan semua kegiatan manusia dan kegiatan manusia itu selalu berubah hingga akhirnya bahasa juga ikut berubah menjadi tidak tetap, dan menjadi tidak statis tetapi dinamis.

11.  Bahasa sebagai alat interaksi social
Hal ini sesuai dengan fungsi bahasa itu sendiri sebagai alat komunikasi.

1.      Klasifikasi Bahasa
Klasifikasi bahasa itu dibedakan menjadi 4, yaitu:
1.      Klasifikasi genetis (geneologis)
Klasifikasi ini didasarkan pada garis keturunan suatu bahasa, artinya suatu bahasa berasal atau diturunkan dari bahasa yang lebih tua. Menurut teori ini suatu bahasa Proto (bahasa tua, bahasa semula) akan pecah dan menurunkan dua bahasa baru atau lebih, lalu bahasa pecahan ini pun akan menurunkan pula bahasa-bahasa yang lain. Yang apabila digambarkan akan seperti batang pohon terbalik (A. Schleicher).
Kelompok bahasa yang termasuk ke dalam klasifikasi genetis, yaitu:
1) Rumpun Indo Eropa (bahasa-bahasa German, Indo-Iran, Armenia, Baltik,Slavik, Roaman).
2) Rumpun Hamito Semit atau Afro – Asiatik
3) Rumpun Charil
4) Rumpun Dravida
5) Rumpun Austronesia
6) Rumpun Kaukasus
7) Rumpun Finno-Ugris
8) Rumpun Paleo Asiatis atau Hiperbolis
9) Rumpun Ural-Altai
10) Rumpun Sino-Tibet
11) Rumpun bahasa-bahasa Indian
Dari klasifikasi genetis ini dapat diketahui bahwa perkembangan bahasabahasa di dunia ini bersifat divergensif yaitu memerah dan menyebar menjadi banyak.
2.      Klasifikasi Tipologis
Klasifikasi tipologis ini didasarkan pada kesamaan tipe atau tipe-tipe terdapat pada sejumlah bahasa. Tipe ini merupakan unsur tertentu yang dapat timbul berulang-ulang dalam suatu bahasa, unsur itu dapat mengenai bunyi, morfem, kata, frase, kalimat, dsb. Klasifikasi pada tataran morfologi dapat dibagi menjadi 3 kelompok
yaitu:
1) Kelompok I : yang menggunakan bentuk bahasa sebagai dasar klasifikasi nya.
2) Kelompok II : yang menggunakan akar kata sebagai dasar klasifikasi.
3) Kelompok III: yang menggunakan bentuk sintaksis sebagai  dasar klasifikasi.
3. Klasifikasi Areal
Klasifikasi areal ini pernah dilakukan oleh Wilhelm Schmidt (1868 – 1954) yang dilakukan berdasarkan adanya hubungan timbal balik antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain di dalam suatu areal atau wilayah tanpa memperhatikan apakah bahasa itu berkerabat secara genetik atau tidak. Yang terpenting yaitu adanya data pinjam-meminjam yang meliputi pinjaman bentuk apa saja dan arti apa saja.
3.      Klasifikasi Sosiolinguistik
Klasifikasi sosiolinguistik ini pernah dilakukan oleh William A. Stuart tahun 1962 yang didasarkan pada hubungan antara bahasa dengan faktorfaktor yang berlaku dalam masyarakat, tepatnya berdasarkan status, fungsi, penilaian yang diberikan masyarakat terhadap bahasa itu. Klasifikasi ini dilakukan berdasarkan 4 ciri atau kriteria yaitu:
1. Historisitas : sejarah pemakaian/perkembangan suatu bahasa
2. Standardisasi : statusnya sebagai bahasa baku/tidak baku atau dalam pemakaiannya yaitu formal/tidak formal.
3. Vitalitas : apakah merupakan bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari secara aktif atau tidak.
4. Homogenesitas: berkenaan dengan leksikan dan tata bahasa dari bahasa itu diturunkan.
2.      Bahasa Tulis Dan Sistem Aksara
Dalam linguistik bahasa tulis adalah bahasa sekunder. Bahasa tulis bukanlah bahasa lisan yang dituliskan seperti yang terjadi dengan kalau kita merekam bahasa lisan itu ke dalam pita rekaman akan tetapi bahasa tulis sudah dibuat orang dengan pertimbangan dan pemikiran, sebab kalau tidak hati-hati, tanpa pertimbangan dan pemikiran, peluang untuk terjadinya kesalahan dan kesalahpahaman dalam bahasa tulis sangat besar. Para ahli memperkirakan tulisan itu berawal dan tumbuh dari gambargambar yang terdapat di gua-gua di Altamira di Spanyol utara, dan di beberapa tempat lain. Gambar-gambar itu berbentuk sederhana yang secara tidak langsung menyampaikan maksud atau konsep yang ingin disampaikan. Gambar-gambar seperti itu disebut piktogram dan sebagai sistem tulisan disebut pictograf. Dalam kehidupan manusia aksara ternyata tidak hanya dipakai untuk keperluan menulis saja, tetapi telah berkembang menjadi suatu karya seni yang disebut kaligrafi atau bisa diartikan sebagai seni menulis indah.

Jenis-jenis aksara antara lain:
1) Aksara Piktografis
2) Aksara Ideografis
3) Aksara Syabis
4) Aksara Fonemis


BAB IV
PENUTUP
      A.    Kesimpulan
      1.      Linguistic (Inggris: linguistics, Perancis: linguistique, dan Belanda: linguistiek) yang diturunkan dari bahasa Latin “lingua” yang berarti “bahasa”.
      2.      Linguistik dapat digolongkan dalam satu disiplin ilmu karena telah mengalami 3 tahap perkembangan seperti disiplin ilmu yang lain yaitu tahap spekulasi, tahap observasi dan klasifikasi dan tahap adanya perumusan teori.
     3.      Ilmu tentang Linguistik akan memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak kepada mereka yang berkecimpung dengan bahasa itu sendiri, terutama untuk membantu menyelesaikan dan melaksanakan tugasnya, untuk memahami karya sastra dengan baik, melatih keterampilan berbahasa, untuk dapat menjelaskan kaidah bahasa dengan benar dll.
      4.      Definisi bahasa secara umum adalah alat komunikasi yang sistematis berupa symbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi untuk menyampaikan ide, perasaan, pikiran, pendapat, dan untuk mempengaruhi dan dipengaruhi.

      B.     Saran
Ilmu linguistic adalah salah satu dari sekian ilmu yang tercipta untuk memberikan pengetahuan dan membantu manusia dalam mengkaji tentang seluk-beluk bahasa dan kebahasaan, oleh karena itu, kita sebagai manusia yang berbudaya serta senantiasa berkembang dari waktu ke waktu sebaiknya berusaha untuk menggali segala sumber informasi tentang linguistic demi perkembangan pengetahuan kita untuk mengerti dan memahami bahasa sebagai alat komunikasi paling efektif sebagai bukti bahwa manusia itu memang makhluk yang dinamis, berkembang dan berbudaya.

DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
www.Soliddocument.com


SINTAKSIS
 

BAB I
PENDAHULUAN

      A.     Latar belakang
Di era modern sekarang ini kedudukan bahasa sangat penting untuk menjalin hubungan antara manusia yang satu dengan manusia lainnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa jika tidak ada bahasa, maka mungkin tidak akan yang namanya hubungan di antara manusia sebagai makhluk sosial. Oleh karena itu, pemahaman suatu bahasa sangatlah penting, karena jika tidak, maka kita akan kesulitan untuk berkomunkasi bahkan kita tidak bisa melangsungkan hubungan dengan sesama.
Berbicara mengenai bahasa, maka terdapat bagian-bagian terkecil dari bahasa tersebut yang mutlak harus dipahami. Salah satunya adalah sintaksis. Hal ini sangat perlu untuk dipahami dan dikupas tuntas secara bersama-sama, agar peningkatan pemahaman kita mengenai bahasa dapat membaik.

    B.      Rumusan Masalah
    1.      Apa yang dimaksud dengan sintaksis?
    2.      Apa satuan terkecil sintaksis?
    3.      Apa yang dimaksud dengan frasa?
    4.       Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis Frasa?

    C.      Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Linguistik II dan juga untuk menambah wawasan tentang ilmu pengetahuan mengenai “kebahasaan khusunya Sintaksis”.

    D.     Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai oleh penulis dalam makalah ini yaitu:
Pembaca dapat mengetahui apa yang dimaksud sintaksis.
Pembaca dapat menjelaskan berbagai macam frasa.

BAB II
PEMBAHASAN

     A.     Pengertian Sintaksis
Banyak pengertian dan definisi tentang sintaksis. Tentu saja diantara definisi-definisi yang diberikan oleh para ahli tersebut, memiliki persamaan maupun perbedaan, baik dalam jumlah aspek yang tercakup di dalamnya, maupun redaksi atau kata-kata yang digunakannya.
Kata sintaksis berasal dari kata Yunani, sintaksis(Sun + tattein = mengatur bersama-sama) ialah bagian dari tata bahasa yang mempelajari dasar-dasar dan proses-proses pembentukan kalimat dalam suatu bahasa.Sintaksis secara etimologis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata, kelompok kata menjadi kalimat. Menurut istilah sintaksis dapat didefinisikan : bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk kalimat, klausa, dan frasa (Ibrahim, dkk:1).
 Pendapat lain mengatakan, sintaksis adalah studi kaidah kombinasi kata menjadi satuan yang lebih besar, frase dan kalimat (Moeliono, 1976:103). Dan definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa satuan yang tercakup dalam sintaksis adalah frase dan ka1imat, dengan kata sebagai satuan dasarnya (Keraf, 1978:153). Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan terbesar dalam sintaksis dan setiap bahasa mempunyai kaidah sintaksis tersendiri yang tidak dapat diterapkan begitu saja pada bahasa yang lain.
Bidang sintaksis (Inggris, syntax) menyelidiki semua hubungan antar kelompok kata (atau antar-frase) dalam satuan dasar sintaksis itu. Sintaksis itu mempelajari hubungan gramatikal di luar batas kata, tetapi di dalam satuan yang kita sebut kalimat (verhaar, 1981:70).
Istilah sintaksis (Belanda, syntaxis) ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase (Ramlan, 2001:18).
Dari definisi-definisi yang telah dikemukakan para ahli bahasa tersebut, dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang membicarakan kaidah kombinasi kata menjadi satuan gramatik yang lebih besar yang berupa frase, klausa, dan kalimat.

       B.      Kata sebagai Satuan Sintaksis
Dalam tataran morfologi kata merupakan satuan terbesar (satuan terkecil adalah morfem), tetapi dalam tataran sintaksis kata merupakan satuan terkercil, yang secara hierarkial menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar yaitu frase. Maka di sini, kata, hanya dibicarakan sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, yaitu dalam hubungannya dengan unsur-unsur pembentuk satuan yang lebih besar, yaitu frase, klausa, dan kalimat. Dalam pembicaraan kata sebagai pengisi satuan sintaksis, pertama-tama harus kita bedakan dulu adanya dua macam kata, yaitu yang disebut kata penuh (fullword) dan kata tugas (funcionword). Yang merupakan kata penuh adalah kata-kata yang termasuk kategori nomina, ajektifa, adverbia, dan numeralia. Sedangkan yang termasuk kata tugas adalah kata-kata yang yang berkategori preposisi dan konjungsi.
      
      C.      Frasa
1.                  Pengertian Frasa
Frasa adalah satuan konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan (Keraf, 1984:138). Frasa juga didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonprediktif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 1991:222). Menurut Prof. M. Ramlan, frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan (Ramlan, 2001:139). Artinya sebanyak apapun kata tersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagai Subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan, maka masih bisa disebut frasa.
2.                  Jenis-jenis Frasa
Frasa dapat ditinjau dari dua segi, yaitu (1) dari segi hubungan konstituennya, dan (2) dari segi kategori gramatikalnya.
a)                   Ditinjau Berdasarkan Hubungan Konstituen-konstituennya
·                  Frasa Endosentris
Frasa endosentris ialah frasa yang keseluruhannya mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan salah satu unsurnya (Kridalaksana, 1984). Dengan kata lain, frasa endosenstris merupakan frasa yang memiliki induk.
Misalnya frasa bunga merah, sudah membaca, dan sangat baik. Pada frasa bunga merah yang menjadi induk adalah bunga (kategori nomina). Pada frasa sudah makan yang menjadi induk adalah membaca (kategori verba). Sedangkan pada frasa sanga baik yang menjadi induk adalah baik (kategori adjektiva). Frasa yang demikian sering pula disebut frasa endosentris berinduk tunggal.
Di samping frasa endosentris berinduk tunggal, frasa endosentris juga dapat berwujud frasa endosentris berinduk ganda, yaitu frasa yang terdiri dari gabungan kata yang disatukan oleh penghubung. Frasa ini sering disebut frasa koordinatif. Misalnya tua dan muda, benar atau salah.
·                  Frasa Eksosentris
Frasa eksosentris ialah frasa yang keseluruhannya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan salah satu unsurnya (konstituen). Frasa ini mempunyai dua bagian, yang pertama disebut perangkai berupa preposisi dan yang kedua disebut sumbu berupa kata.
Misalnya frasa di rumah, ke taman, kepada mereka, dan tentang sintaksis. Konstituen di, ke, kepada, dan tentang pada frasa-frasa di atas merupakan perangkai; sedangkan konstituen rumah, taman, mereka, dan sintaksis pada frasa di atas merupakan sumbu.
b)                 Ditinjau Berdasarkan Kategori Gramatikalnya
Dalam bahasa Indonesia dikenal adanya beberapa kategori sintaksis, antara lain: nomina, verba, adjektiva, adverbial, preposisi, konjungsi, numeralia dan sebagainya. Berikut penjelasan rincinya:
·                  Frasa Nominal (FN) dan Frasa Pronomina (FPro)
            Frasa nominal memiliki gatra induk (inti), tetapi gatra tersebut boleh juga mengandung pronominal atau nama sebagai induk. Frasa nominal sering juga disebut frasa benda. Misalnya frasa ayam jantan serta angin puting beliung, tergolong frasa nominal (FN). Sebab konstituennya, ayam dalam frasa ayam jantan dan konstituen angin dalam frasa angin puting beliung masing-masing merupakan inti frasa yang berkategori gramatikal nomina (kata benda).
Sedangkan frasa pronominal ialah frasa endosentris berinduk satu yang induknya pronominal. Misalnya mereka itu, kami ini, bukan itu, dsb.
Contoh:
ü  Dita menerima hadiah ulang tahun.
Dita emfängt Geburtstagsgeschenke
ü  Dita menerima hadiah.
Dita emfängt Geschenk.
ü  dia itu kekasih saya
er ist Liebste
Frasa hadiah ulang tahun dalam kalimat distribusinya sama dengan kata benda hadiah. Oleh karena itu, frasa hadiah ulang tahun termasuk frasa benda atau frasa nomina.
·                  Frasa Verbal (FV)
Frasa kerja atau frasa verba adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata kerja atau verba.
Contoh:
ü  Adik saya akan menulis dengan pensil baru.
Meine junge Schwester wird mit einem neuen Bleistift schreiben.
ü  Dia berlari
Er laeuft
**Frasa akan menulis adalah frasa kerja karena distribusinya sama dengan kata kerja menulis dan unsur pusatnya kata kerja, yaitu menulis.
·                  Frasa Adjektival (FA)
Frasa adjektival ialah frasa endosentris berinduk satu yang induknya berkategori adjektiva dan modifikator (pewatasnya) berkategori adverbial (Kridalaksana, 1984). Jadi Frasa sifat atau adjektiva adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata sifat. Frasa sifat mempunyai inti berupa kata sifat. Kesamaan distribusi itu dapat dilihat pada jajaran berikut.
Contoh:
ü  Lukisan yang dipamerkan itu sangat bagus.
Das Gemälde, das dargestellt wird, ist sehr schön.
ü  Rumahnya besar
Sein Haus ist gross
·                  Frasa Adverbial (Keterangan)
Frasa keterangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata keterangan. Biasanya inti frasa keterangan juga berupa kata keterangan dan dalam kalimat sering menduduki fungsi sebagai kerterangan.
a)      Frasa keterangan sebagai keterangan.
Frasa keterangan biasanya mempunyai keleluasaan berpindah karena berfungsi sebagai keterangan. Oleh karena itu, frasa keterangan dapat terletak di depan atau di belakang subjek atau di awal dan di akhir kalimat.
Contoh:
1) Tidak biasanya dia pulang larut malam.
ungewöhnlich kam er nicht in die Nacht  nach Hause zu spät.
2) Dia tidak biasanya pulang larut malam.
Er kam nicht ungewöhnlich nach Hause zu spät in die Nacht.
3) Dia pulang larut malam tidak biasanya.
Er kam zu spät nach Hause nicht ungewöhnlich.
b)     Frasa keterangan sebagai keterangan pada kata kerja.
Contoh:
Saya tidak hanya bertanya, tetapi juga mengusulkan sesuatu.
Ich habe nicht nur gefragt, aber auch etwas vorgeschlagen habe.
·                  Frasa Numeral (FNum)
Frasa numeral adalah frasa endosentris berinduk satu yang induknya berupa numeralia (bilangan) dan modifikator (pewatasnya) terdiri atas penggolongan/penjodohan (classifer).
Contoh:
ü  Dua orang serdadu menghampirinya ke tempat itu.
Zwei Soldaten ging zu ihm, wo er war.
ü  Dua buah
Zwei Stuecke
·                  Frasa Depan atau Frasa Preposisional
Frasa depan adalah frasa yang terdiri atas kata depan dengan kata lain sebagai unsur penjelas.
Contoh:
ü  Laki-laki di depan itu mengajukan pertanyaan kepada pembicara.
Der vorne Mann stellte Fragen an den Lautsprecher.
ü  Ke rumah teman
Nach Haus des Freundes
ü  Dari sekolah
Von der Schule
BAB III
PENUTUP

     A.     Kesimpulan

    1.      Sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan.
    2.      Unsur bahasa yang termasuk di dalam sintaksis adalah frase, kalusa,dan kalimat
    3.      Kata merupakan satuan terkecil dari tataran sintaksis.
    4.      Frasa adalah satuan konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan
    5.      Jenis-jenis Frase
Frasa dapat ditinjau dari dua segi, yaitu (1) dari segi hubungan konstituennya, dan (2) dari segi kategori gramatikalnya.
       a )      Ditinjau Berdasarkan Hubungan Konstituen-konstituennya
v  Frasa Endosentris
v  Frasa Eksosentris

        b)      Ditinjau Berdasarkan Kategori Gramatikalnya
v  Frasa Nominal (FN) dan Frasa Pronomina (FPro)
v  Frasa Verbal (FV)
v  Frasa Adjektival (FA)
v  Frasa Adverbial (Keterangan):
  -    Frasa keterangan sebagai keterangan.
   -   Frasa keterangan sebagai keterangan pada kata kerja.
v  Frasa Numeral (FNum)
v  Frasa Depan atau Frasa Preposisional

      B.      Saran
Diharapkan makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dan menambah wawasan kita dalam bidang linguistik khususnya sintaksis.


Daftar Pustaka

Gunawan Budi Santoso, Wendi Widya R.D, Uti Darmawati. Terampil Berbahasa Indonesia 2
Ibrahim, Syukur, dkk. Bahan Ajar Sintaksis Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Malang.
Ramlan, M. 2001. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar